Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kamera Yang Hanya Menjadi Kenangan

   Berawal dari sebuah acara hunting di Wonosalam kab. Jombang, aku bergegas untuk persiapan pergi hunting bersama teman-teman pondok ku ke sebuah acara tahunan di Wonosalam Jombang, berangkat dengan menggunakan mobil pondok jam 07.00 pagi, sejak awal akan keberangkatan aku sudah merasakan sesuatu yang membuat hati ku tidak tenang, tiba-tiba kaki ku berdarah karena tidak sengaja menatap velg mobil, kemudian aku ceritakan kepada Rohim yang ikut dalam hunting, setelah persiapan selesai dan kamera2 pun sudah di masukkan kedalam mobil.
  Akhirnya mobil pun berangkat dan tak lupa kami membaca bacaan rutin sebelum berangkat dan pulang dari suatu acara yaitu bacaan Asmaul Husna, surat Al Mulk dan surat Al Waqiah.
   Setelah sampai di tujuan tempat masih begitu sepi yang datang hanya para pedagang yang berjualan, untuk mengisi waktu luang sebelum acara di mulai kami pun memutus kan untuk hunting2 sendiri2, ada yang memfoto orang berjualan, anak kecil berlarian, ibu-ibu menggendong anak dan lain lain, kemudian setelah acara akan di mulai kami berkumpul untuk menentukan lokasi pemotretan, setelah di tentukan, kami pun berpencar, aku yang memilih lokasi pas depan pagar di mana duren2 di tumpuk sampai menjulang tinggi, kemudian ada sebuah peringatan dari seorang petugas bahwa yang membawa barang berharga segera di simpan di tempat yang aman karena acara akan segera di mulai, karena mendengar omongan dari petugas aku pun langsung menyimpan kamera ku di dalam tas.
     Acara pun di mulai, tiba-tiba aku terdorong oleh ribuan orang yang mengikuti acara itu sampai pagar jebol, dan langsung terdorong ke depan menuju tumpukan duren, karena pemikiran ku berbeda yaitu aku mengira bahwa setiap orang akan di beri satu duren, tetapi pemikiran ku salah ternyata orang-orang rebutan untuk mengambil duren, sampai aku tidak merasakan bahwa ada seseorang yang mengambil kamera ku yang berada di dalam tas, aku pun memutus kan untuk mundur dari gerombolan orang-orang yang ingin rebutan duren, dan aku berusaha mencari kamera ku tapi ternyata sia-sia mungkin para pencuri ini sudah handal dalam mencuri.
      Setelah kamera ku hilang dari tas ku aku meminta tolong kepada teman-teman pondok ku untuk membantu mencari kan kamera ku yang hilang, dan salah seorang teman ku menunjuk kan seseorang bahwa dia seperti menyembunyikan kamera di dalam baju nya dan merk nya juga Nikon seperti punya ku, nah setelah itu aku langsung mencoba menariknya dari dalam baju nya karena sangking emosinya, setelah terjadi adu mulut dan tarik menarik aku pun memeriksa kameranya karena dia mengaku bahwa itu adalah kameranya, tiba-tiba datang banyak polisi yang berjaga ke arah ku dan menanyakan apa yang sedang terjadi, dan aku dan teman-teman ku mencoba menjelas kan kepada pak polisi bahwa kamera ku hilang dan mengira dia yang mengambil ternyata setelah saya cek itu memang benar bukan kamera saya.
      Dan aku memutuskan untuk langsung pergi ke polisi terdekat karena dapat info yang kehilangan harap cepat melapor, setelah sampai di kantor polisi tidak ku sangka ternyata yang kehilangan banyak banget, ada yg kehilangan dompet, hp, cincin, gelang, kalung dan bahkan sepeda motor. dan antrian nya begitu banyak untuk melapor, setelah menunggu lama dan laporan belum selesai dan belum di ketik oleh pak polisi aku beserta teman-teman pondok memutuskan untuk pulang karena hari menjelang petang. dan akhir nya kamera ku hilang untuk selama nya sampai sekarang.

Post a Comment for "Kamera Yang Hanya Menjadi Kenangan"